KATEGORI ARTIKEL: CATATAN
September 4, 2023Pagi tadi, dua ojol dhuafa sedang adu peruntungan di sebuah kedai. Duduk saling berhadapan, dengan rokok tanpa merek terselip di jari. Sangat percaya diri saat itu.
Ngalor ngidul ngetan ngulon, obrolan teralihkan dengan datangnya ojol dari jauh, dapat orderan tepat di depan muka ojol dhuafa tadi. Kok nggak dapat kesaya? Oh ternyata belanja tunai hampir 200 ribu.
Bagi para pembaca yang belum paham mekanisme belanja tunai ala driver ojol, saya kasih paham begini.
Jadi, si ojol punya saldo di atas rata-rata, lalu ada pemesan menggunakan aplikasi Grab memesan food dengan bayaran tunai. Yang artinya saldo si ojol akan kepotong sesuai nilai yang tertera pada aplikasi Grab. Pemesan akan bayar tunai ke si abang ojol, sedangkan saldo abang ojol akan teriris-iris sampai habis.
Dalam pandangan hakikat lewat kacamata ojol dhuafa, jika ongkirnya dekat, si abang tadi mengalami degradasi akal sistemik. Disederhanakan jadi seperti ini:
“Mas, beliin paket ayam bakar 4, jus melon 4, serundeng 1, penyetan 4, tempe bacem 10, es teh 4, total 200 ribu ya, tolong talangi, tungguin, lalu antar kesaya, nanti saya upahin 8 ribu“.
Lha kok mau?!?!
Demikian dalam pandangan ojol dhuafa tadi, yang merasa sangat bersyukur orderan itu tak masuk ke dia.
Kasus seperti ini hanya terjadi di Grab, sedangkan di Gojek, ojol dhuafa asalkan rajin, bisa dapat orderan tunai, yang nalangin Gojek dulu. Singkatnya, si ojol yang saldonya hanya 2000 perak pun, bisa tetap dapat orderan tunai, nggak bakalan dicuekin sistem, tetap bekerja dan tak banyak melamun sehingga tingkat setres gegara orderan sangat tipis.
Itulah sebabnya, banyak yang pengen jadi partnernya Gojek, seperti saya.
Update:.
Setelah sekian menit tulisan up, dapat ini hahaha
